Subscribe Us

Header Ads

MAKALAH TENTANG ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD TIPE COPPER T 380 A DENGAN EROSI PORTIO






MAKALAH TENTANG ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD TIPE COPPER T 380 A DENGAN EROSI PORTIO
guna untuk memenuhi tugas mata kuliah KB & Kespro








Yang disusun oleh
Siska Ningtyas Prabasari (2012020196)



PROGAM DIII KEBIDANAN
STIKES PKU MUHAMMADYAH SURAKARTA
2013/2014






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin, 2003). Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya Keluarga Berencana. KB adalah suatu upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat, kedewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan kesehatan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Undang – undang No. 16 Tahun 1992). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat dari jumlah746.702 peserta KB dan yang menggunakan IUD sebanyak 2,74% (BKKBN,2007).Dalam pemakaian metode kontrasepsi pada akseptor KB terdapat beberapa efek samping. Karena itu, dalam diperlukan adanya kegiatan pembinaan yang lebih intensif. Berdasarkan metode atau alat yang digunakan, angka drop out tertinggi terjadi pada pemakaian kondom (38%), diikuti seara berturut-turut adalah karena ingin hamil (34%), masalah kesehatan (15,5%), efek samping (11%). Khususnya pada IUD, faktor yang mempengaruhi wanita berhenti menggunakan IUD adalah karena terjadi komplikasi (32%), suami merasa tidak nyaman (11%). Salah satu efek yang sering muncul karena terjadinya komplikasi pada akseptor IUD diantaranya adalah Erosi Portio. Erosi portio merupakan pengikisan yang terjadi pada mulut rahim yang biasa disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan bagian tersebut oleh suatu benda, misalnya saat pemasangan IUD,hubungan seksual yang mengakibatkan terjadinya peradangan dan menjadi infeksi. Oleh karena itu berdasarkan data-data yang telah dijelaskan diatas, sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan kita harus mampu memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh atau komprehensif sehingga masalah yang terjadi pada akseptor IUD dengan erosi ortio dapat diatasi dengan baik dan tepat.

1.2 Tujuan
Dengan mempelajari asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor IUD dengan erosi portio melalui pendekatan manajemen kebidanan.




BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1       Konsep Dasar AKDR
2.1.1    Pengertian
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)

2.1.2    Jenis-Jenis AKDR
1.         AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
a.       Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi
1)      Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T
2)      Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
b.      Menurut Tambahan atau Metal
1)      Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, ML-Cu 375
2)      Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T. Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkanluasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2
2.      IUD yang mengandung hormonal
a.       Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam. Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified withdrawal)
b.      LNG-20
Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di Finlandia. Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100 wanita per tahun. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.

 2.1.3    Mekanisme Kerja

1.      Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
2.      Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3.      Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim
4.      Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c.       AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
2.1.4        Keuntungan Dan Kerugian Akdr Atau Iud
1.      Keuntungan
a.       Keuntungan AKDR Non hormonal (Cu T 380A):
1)      Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
2)      AKDR dapat efektf segera setelah pemasangan
3)      Metode jangka panjang
4)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5)      Tidak mempengaruhi hubungan sexual
6)      Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk hamil
7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)
8)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
10)  Dapat digunakan sampai menopause
11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
b.      Keuntungan IUD hormonal adalah:
1)      Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe
2)      Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae(Asherman’s Syndrome)
2.      Kerugian
a.       Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:
1)      Perubahan siklus haid
2)      Haid lebih lama dan banyak
3)      Perdarahan(spotting) antarmenstruasi
4)      Disaat haid lebih sakit
5)      Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
6)      Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
7)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
8)      Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
9)      Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
10)  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
b.      Kerugian IUD hormonal:
1)      Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
2)      Harus diganti setelah 18 bulan
3)      Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak(spotting)
4)      Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
5)      Efek samping dan komplikasi IUD hormonal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
·         Pada saat insersi
a)      Rasa sakit atau nyeri
b)      Muntah, keringat dingin
c)      Perforasi uterus
·         Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari:
a)      Rasa sakit dan perdarahan
b)      Infeksi
c)      Kehamilan intra-uterine
d)     Kehamilan ektopik
e)      Ekspulsi
2.1.5        Indikasi Pemakaian Akdr Atau Iud
1.      Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert
a.       Usia reproduktif
b.      Keadan nullipara
c.       Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d.      Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f.       Resiko rendah dari IMS
g.      Tidak menghendaki metode hormonal
h.      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i.        Perokok
j.        Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k.      Gemuk ataupun yang kurus
l.        Sedang menyusui
2.      Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T-380A):
a.       Penderita tumor jinak payudara
b.      Epilepsi
c.       Malaria
d.      Tekanan darah tinggi
e.       Penyakit tiroid
f.       Setelah kehamilan ektopik
g.      Penderita DM
2.1.6        Kontraindikasi Pemakaian Akdr
1.      Sedang hamil
2.      Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3.      Sedang menderita infeksi genetalia
4.      Penyakit trifoblas yang ganas
5.      Diketahui menderita TBC velvik
6.      Kanker alat genital
7.      Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
2.1.7         CARA PEMASANGAN AKDR/IUD
1.      Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD
a.       Bivale speculum
b.      Tanekulum(penjepit portio)
c.       Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)
d.      Forsep
e.       Gunting
f.       Bengkok larutan antiseptic
g.      Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT
h.      Kasa atau kapas
i.        Cairan DTT
j.        Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
k.      AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masih belum rusak dan terbuka
l.        Aligator(penjepit AKDR)
2.      Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T
Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui servikalis.
a.       Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran dan posisi uterus
b.      Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik
c.       Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptic
Iinspekulum, servik ditampilkan dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik, penjepit dilakukan kira-kira 2cm dari osteum uteri externum, dengan cunan bergerigi
d.      Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk menentukan arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum. Tentukan arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang dari 5 cm atau kavumuteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan dilakukan
e.       Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-kadang terdapat tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian pemasangan diulangi
f.       AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR
g.      Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDR ditinggalkan 2-3cm.
3.      Cara pencabutan AKDR
a.       Mengeluarkan AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid
b.      Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas
c.       Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan mikro kuret. Kadang-kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
d.      Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
e.       AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T 1-2 tahun.
2.1.8        Penanganan Efek Samping Akdr(Cu T-380a)
1.      Amenora
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan diperhatikan
2.      Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikt meringankan. Apabila klien menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
3.      Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibu profen(800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi(1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3bulan).
4.      Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain.
5.      Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi.
2.2       Erosi Portio
2.2.1     Pengertian
Erosi portio adalah suatu pendarahan pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada sotium uteri eksternum (Sarwono, 1999).
Erosi portio atau pseudo erosi yaitu terkelupasnya epitel silindris akibat rangsangan dari luar dan digantikan dengan epitel gepeng pada kanalis servikalis, erosi ini nampak sebagai tempat merah menyala dan agak mudah berdarah (Sulaiman, 1997).
2.2.2    Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
2.2.3    Patofisiologi
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio. Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.                                                              
2.2.4    Gejala Erosi Portio
1.      Adanya fluxus
2.      Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
3.      Adanya kontak blooding
4.      Portio teraba tidak rata
2.2.5        Komplikasi Erosi Portio
Terjadi keganasan
2.2.6        Penanggulangan
1.      Membatasi hubungan suami istri
2.      Menjaga kebersihan vagina
3.      Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
2.2.7        Efek Samping Penggunaan IUD dan Penanggulangannya
1.      Infeksi
a.       Gejala :
Keluarnya cairan putih yang bau
Nyeri perut bagian bawah
Suhu ≥ 37ºC
b.      Penyebab
Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standar baku dan tidak steril.
Partner seksual yang banyak dan lama pemakaian IUD.
c.       Penanggulangan
Saling setia pada pasangannya.
Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.
Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu minggu.
2.      Keputihan
a.       Gejala :
Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada gatal dari vagina.
b.      Penyebab
Karena adanya reaksi endometrium.
c.       Penanggulangan
Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab.
Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja.
USG.
Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.
3.      Ekspulsi
a.       Gejala
Nyeri pada keluhan.
Terabanya bagian IUD di dalam vagina.
b.      Penyebab
Karena ukuran IUD yang tidak sesuai.
Karena letak IUD yang tidak sempurna
c.       Penanggulangan
Melepas IUD.
Pemasangan yang sesuai standar.
Ukuran IUD disesuaikan dengan ukuran uterus.   
4.      Translokasi IUD
a.       Gejala
Klien merasakan rasa nyeri yang hebat pada waktu pemasangan.
Klien tampak menyeringai.
b.      Penyebab
Pemasangan yang sulit sehingga dilakukan pemaksaan.
Pemasukan inserter dengan arah yang salah.
Teknik pemasangan IUD dengan push ini
c.       Penggulangan
Kolaborasi dengan dokter untuk USG.
Angkat IUD dengan laparotomi.
5.      Rasa mules / nyeri / kram perut bawah
a.       Gejala
Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah pemasangan
Wajah klien menyeringai
Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa
b.      Penyebab
Psikis
Letak IUD yang tidak tepat
IUD merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.
c.       Penanggulangan
Beri konseling pada akseptor
IUD dilepas bila nyeri hebat
Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu.



BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan
1.      AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
2.      Jenis-jenis AKDR / IUD yaitu AKDR hormonal dan non hormonal
3.      Mekanisme kerja IUD yaitu Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi, Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dll.
4.      Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:
a.       IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya
b.      Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.
c.       Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
5.      Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. Disaat haid lebih sakit. Kerugian IUD hormonal yaitu Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD, harus diganti setelah 18 bulan
6.      Indikasi pemakaian AKDR atau IUD yaitu Usia reproduktif, Keadan nullipara, Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi, Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, dll.
7.      Kontraindikasi pemakaian AKDR yaitu Sedang hamil, Perdarahan vagina yang tidak diketaui, Sedang menderita infeksi genetalia, Penyakit trifoblas yang ganas, Diketahui menderita TBC velvik
8.      AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan, AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama, Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan, Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak, AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.
3.2        Saran
1.      Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2.      Bagi tenaga kesehatan
a.       Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b.      Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infomconsent pada klien.




DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.Marjati 2010.
Manuaba. 1998. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Saifudin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari. 1976. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



Posting Komentar

0 Komentar