MAKALAH PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Disusun Oleh :
Siska Ningtyas Prabasari 2012020196
Siti Retno Wulandari 2012020197
Sri Lestari 2012020198
Syafiera Nur Fitria 2012020199
Ulfa Sulistyaningdyah H 2012020200
Widuri Maharani 2012020201
Yunita Wahyu Utami 2012020202
PRODI DIII KEBIDANAN
STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya
dimana beragam suku dan berbagai budaya ada, itulah sebabnya semboyan Negara
kita adalah “Bhinneka Tunggal Ika”. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan
banyaknya mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas.Mitos-mitos yang
lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat
berbahaya bagi ibu dan bayi.Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan serta untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin.Memahami
perilaku perawatan kehamilan (Antenatal Care) adalah penting untuk mengetahui
dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.Faktanya, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati.Masih banyak
ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan
tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.Resiko
ini baru diketahui saat persalinan karena kasusnya sudah terlambat sehingga
mengakibatkan kematian.Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi, kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan,
serta permasalahan-permasalahan pada kehamilan. Permasalahan lain yang cukup
besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan sementara kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang, sehingga akan
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi, tidak heran kalau
anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
saja perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas
pada ibu hamil dan ibu bersalin?
2. Bagaimana
peran bidan dalam kondisi tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan
komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin.
2. Untuk
memahami peran bidan bila ditemukan kondisi-kondisi tersebut.
3. Untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas)
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif.Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social
budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan yang mana
pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor
perantara pada derajat kesehatan.Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua
perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness
behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya
dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan,
norma, nilai, dan segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa
disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang
mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya :
1. Health Believe
Tradisi-tradisi
yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian makanan bayi.Contohnya
di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa
dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya
hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di
lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial
budaya).
3. Health Seeking Behavior
Salah
satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit
tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di
warung atau mendatangi dukun
B. Perilaku
dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan Kebidanan Komunitas pada Ibu
Hamil dan Ibu Bersalin
1. Hamil
a. Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat
yang berkaitan dengan kehamilan, antara lain:
1) Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan
keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara
mitoni, procotan dan brokohan.
2)
Mengidam.
3) Larangan masuk hutan, karena wanita hamil
menurut kepercayaan baunya harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat
mengganggunya.
4) Pantangan
keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.
5) Pantangan
menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6) Tidak
boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
7) Tidak boleh makan pisang dempet,
dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar dempet atau siam.
8) Jangan membelah puntung atau kayu api yang
ujungnya sudah terbakar, karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota
badannya ada yang buntung.
9) Jangan
meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
10) Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat
jari-jari tangannya akan berdempet menjadi satu.
11) Jangan
membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun
kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil,
sehingga dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan
lahirnya.
12) Tidak
boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing atau
cacat fisik lainnya.
13) Tidak
boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah,
membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
14)
Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
15) Manggunakan jimat saat bepergian.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku
selama hamil, antara lain yaitu:
1) KIE
tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi,
batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.
2) KIE tentang segala sesuatu sudah diatur
Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar ditinggalkan.
3) Pendekatan
kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh
buruk terhadap kehamilan.
4) Bekerjasama dengan dukun setempat.
5) KIE
tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca
persalinan.
6) KIE tentang hygiene personal dan hygiene
persalinan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri
dari 3 macam faktor; antara lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh
status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.Status kesehatan ini dapat
diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan
terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor
psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti
stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan
berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah
lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi
dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika
seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal,
maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap
dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya
hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat
dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh
terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang
adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi.Ibu
hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya
ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan
persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik,
maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.
2.
Persalinan
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan
dirumah. Data survey kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65%
persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si
ibu. Penelitian Iskandar, dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek yang membawa resiko infeksi seperti “ngolesi”
(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok”
( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau
“nyanda” ( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki
diluruskan kedepan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan
pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan
pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara
dekat , biaya murah, mengerti dan dapat memabantu upacara adat yang berkaitan
dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu
juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.Walaupun
sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek-praktek tradisional
tertentu masih dilakukan.Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan
kemampuan penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau
bertahan hidup.
a. Berikut
ini beberapa contoh perilaku sosial budaya selama persalinan yang ada di
masyarakat, antara lain:
1) Bayi
laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
2) Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil
keturunan.
3) Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya
persalinan lancar.
4) Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan
dukun.
5) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
6) Minum air
rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
7) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga
untuk persalinan.
8) Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan
persalinan.
9) Makan
daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung
pada faktor mental dan fisik si ibu.Faktor
fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan
besar bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan dengan kondisi psikologis ibu,
terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja
persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang
siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan. Faktor lain
yang juga harus diperhatikan, seperti riwayat kesehatan ibu, gizi ibu selama hamil
dan lingkungan sekitar apakah mensupport atau tidak karena ada kaitannya dengan
emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya.
Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak
hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang
dan tidak bisa kerja sama.
b. Peran
bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
1) Memberikan
pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses
persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
2) Memberikan pendidikan mengenai konsep
kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3) Bekerja
sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
Contoh Kasus Perilaku Dan Sosial Budaya Yang
Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan Komunitas Yang PositifSelamatan 7 Bulanan
(pada ibu hamil)
Di desa Payaman Kabupaten Nganjuk, ada ibu yang
sedang hamil 7 bulan. Pada Hari Minggu
tanggal 30 maret mengadakan selamatan 7 bulanan yang dalam adat jawa disebut “
TINGKEPAN”. Kata orang jawa tingkepan ini bertujuan untuk meminta keselamatan
ibu dan bayi agar mendapatkan kehamilan yang sehat dengan kegiatan mandi
kembang dengan 7 sumber mata air dan bunga 7 rupa beserta uang.
Dalam proses siraman itu, ibu dan suami memakai kain
jarik. Kemudian keduanya duduk bersebelahan dan yang menyiram dimulai dari
kedua orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan seluruh keluarga yang ingin
menyiram.Setelah acara siraman selesai, ibu ganti baju dan calon bapak memecah
buah kelapa.Setelah itu apabila buah kelapa langsung pecah, orang jawa
beranggapan bahwa calon bayi berjenis kelamin laki-laki, tapi apabila kelapa
tidak langsung pecah, maka orang jawa beranggapan calon bayi berjenis kelamin
perempuan.
Setelah memecahkan kelapa, kelapa yang digunakan
untuk memandikan juga dipecah dan ditumpahkan beserta uang yang ada di air
tadi.Dan masyarakat pun berebut mengambil uang dan kelapa yang mitosnya dapat
menyembuhkan segala macam penyakit.Setelah itu, kedua orang tua jualan rujak
dan yang membeli masyakat.Jika masyarakat bilang rujak tersebut enak, mitosnya
anaknya perempuan dan cantik di liat.Dan jika rujaknya kurang enak maka
mitosnya anaknya laki-laki. Setelah itu, orang tua membagikan nasi yang ada
ayam, telur, sayur/mie, tahu, tempe dan ikan bandeng. Setelah acara tersebut,
pada malam hari juga diadakan syukuran kembali dan biasanya juga dibacakan
surat Yusuf. Jika anaknya laki-laki agar
ganteng seperti Nabi Yusuf, dan jika surat Mariam, maka anaknya cantik seperti
Mariam. Acara ini juga dibagikan nasi,ikan/ayam, sayur/mie, telur, tahu, tempe,
ikan bandeng dan juga rujak.
Dalam acara selamatan 7 bulanan ini dapat kita ambil
positifnya, yaitu bisa berbagi rizki lebih pada orang lain. Ibu bisa
makan-makanan bergizi, seperti telur, ayam, ikan bandeng dan juga dibacakan
do’a oleh banyak orang agar kehamilannya lancar dan tidak ada halangan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor
perantara pada derajat kesehatan yang meliputi semua perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka
kesakitan dan angka kematian.
Ada beberapa perilaku sosial budaya masyarakat yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, baik yang tidak memiliki pengaruh
maupun yang berpengaruh bagi ibu yang sedang hamil ataupun bersalin.Peran
seorang bidan atau tenaga kesehatan disini sangatlah penting untuk bisa
meluruskan mana kebiasaan yang sebaiknya perlu diubah dan mana yang masih bisa
diperbolehkan untuk dilakukan.
B. Saran
1. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya
berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan sebelum melakukan adat/budaya
masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak membahayakan bagi kondisinya.
2. Budaya
yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu hamil dan
bersalin. Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya
tersebut tidak baik, maka tidak boleh diikuti lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Retna Ambarwati, Eny. 2011. ASUHAN
KEBIDANAN KOMUNITAS.Yogyakarta : Nuha Medika.
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Social
Dasar.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Erdila, Mita. 2013. Budaya Kehamilan dan
Persalinan.
(http://mitaerdila.wordpress.com/2013/01/06/budaya-kehamilan-dan-persalinan/)
Ola. V, Meninda. 2013. SOSIAL BUDAYA
PADA KEHAMILAN.
(http://nindakittgz.blogspot.com/2013/01/aspek-sosial-budaya-pada-kehamilan.html)
Zahro. 2012. Perilaku Sosial Budaya yang
Mempengaruhi Pelayanan Kebidanan.
(http://mynameiszahro.blogspot.com/2012/06/perilaku-dan-social-budaya-yang.html)
0 Komentar